WASPADAH TERHADAP SIKAP HIDUP AHLI TAURAT
Joshua Phasa
LUKAS 20:45-47
Pencitraan
diri selalu diminati setiap insan. Dimana pun dan kapan pun, seseorang selalu
ingin tampil baik di muka orang lainnya. Media massa tak pernah lepas
mewartakan topik ini, entah dalam diri seorang figur publik atau orang awam
sekalipun. Kadangkala pencitraan diri tidak lagi memperhatikan karakter asli
diri yang bersangkutan. Yang nyata bisa saja bertolak belakang dari pencitraan
yang dimunculkan. Orang yang mengutamakan pencitraan diri yang baik, namun
tidak berangkat dari niat hati yang tulus adalah orang yang kerap kali munafik,
bermuka dua, menunjukkan kebaikan yang palsu.
Para
ahli Taurat adalah orang-orang yang pandai dalam hukum Taurat. Mereka piawai
dalam menafsirkan hukum Taurat sekaligus mengajarkannya kepada bangsa Yahudi.
Betapa penting kedudukan dan jabatan mereka di tengah bangsa itu. Namun apa
yang sebenarnya terjadi pada hidup mereka? Mereka tak lain adalah para
penentang Yesus dan firman-Nya. Meskipun mereka mengikuti Dia, tetapi hati
mereka sebaliknya. Demikian juga, mereka tahu dan mengakui bahwa ajaran Yesus
benar, tetapi mereka sulit menerimanya. Mereka adalah orang-orang yang
mengutamakan pencitraan diri, melakukan kegiatan peribadatan dengan tujuan
supaya terpandang sebagai golongan rohaniawan, mereka hidup dalam kemunafikan,
mereka berkata-kata dengan menggunakan Hukum Taurat demi membenarkan tujuan
mereka.
Kali
ini Yesus secara terang-terangan kepada murid-muridNya untuk waspada terhadap
ahli-ahli Taurat. Setelah sekian lama mereka mengikuti "pelayanan’ Yesus,
toh mereka tidak berubah. Mereka tetap mempertahankan pencitraan diri mereka
sebagai pejabat agama. Dengan detail Yesus mengungkapkan apa yang mereka
lakukan: suka berjalan memakai jubah panjang, suka menerima penghormatan di
pasar, suka duduk di tempat terdepan di rumah ibadat dan di tempat terhormat
dalam perjamuan, menelan rumah janda-janda, juga mengelabui orang dengan doa
yang panjang-panjang (46-47). Dicantumkan juga, bahwa mereka meletakkan
beban-beban yang tak terpikul pada orang dan membangun makam nabi-nabi (Luk.
11:46-47).
Apa
yang mesti kita waspadai dari Sikap Hidup Ahli Taurat ini?
1.
Sikap
Toleransi Terhadap Dosa
Pada Pasal 20: 1 kita dapat melihat Para
pemimpin agama mempertanyakan kewenangan Yesus untuk membersihkan Bait Allah
ataupun untuk mengajar orang (Luk 19:45-48). Mereka merasa tersinggung dan marah
karena Yesus mengecam perbuatan jahat di dalam rumah Allah, sementara mereka
sendiri bersikap toleransi dan ikut serta di dalam perbuatan tersebut.
Tindakan-tindakan demikian menunjukkan betapa tidak tepatnya mereka untuk
menjadi pemimpin rohani. Sebagai pemimpin rohani yang sejati, Yesus menggunakan
kewenangan-Nya demi kepentingan kebenaran dan keadilan, sekalipun Ia harus
mengorbankan nyawa-Nya sendiri. Namun bagi Para Pemimpin Agama, para ahli
Taurat selalu berkompromi dengan dosa untuk memenuhi kepentingannya. Mereka
berani mempolitisir Kebenaran demi pencapaian sebuah tujuan. (Contohnya,
peristiwa di Bait Allah terjadi transaksi jual beli, pendakwaan terhadap Yesus
di depan Pontius Pilatus, dll).
Sikap hidup toleransi terhadap dosa
bukanlah sebuah pengajaran dari Allah. Sikap hidup seperti ini sangat dibenci
oleh Allah. Sesungguhnya Allah menghendaki umatNya menjadi Surat yang terbuka,
bukan surat yang penuh dengan Kepalsuan, Surat yang penuh dengan kemunafikan.
Sejak kita memutuskan untuk mengikut Yesus Kristus sebagai Tuhan dan
Juruselamat maka dosa adalah musuh kita, kita bukan lagi budak dosa, tetapi
kita adalah budak kebenaran. Kita harus hidup apa adanya, memberikan kesaksian
yang baik, benar, seturut dengan Kebenaran Allah. Kemunafikan untuk pencitraan
diri tidak lagi menjadi topeng untuk hidup dalam dunia ini, kita harus hidup
sebagaimana adanya, seperti yang Allah kehendaki.
2.
Menjauhkan
Diri dari Sikap Munafik
Pada pasal 20: 45 tertulis demikian "Waspadalah
terhadap ahli-ahli Taurat yang suka
berjalan-jalan memakai jubah panjang dan suka menerima penghormatan di pasar,
yang suka duduk di tempat terdepan di rumah ibadat dan di tempat terhormat
dalam perjamuan…” Tentu saja Yesus telah menguraikan Kemunafikan ahli-ahli
Taurat yang suka memamerkan hidupnya sebagai seorang rohaniawan. Deskripsi
“Memakai jubah panjang” menggambarkan bahwa ahli-ahli Taurat sangat mementingkan
penampilan luar sehingga terlihat sebagai seorang tokoh rohaniawan. Penampilan
secara fisik bagi mereka sangat menentukan bagaimana mereka menjadi figur yang
dihormati oleh masyarakat. Mata dan telingah mereka senang menerima
penghormatan di tempat-tempat umum. Secara posisi dan kedudukaa, mereka memilih
di tempat yang terbaik, terdepan, dan terpandang. Orang-orang seperti ini
sangat sulit menerima sebuah tindakan yang merendahkan martabat mereka.
Kerendahan hati tidak ada pada mereka. Bagi mereka, merekalah yang paling
benar, paling terhormat, paling hebat, yang lainnya berada di urutan
terbelakang. Demi mempertahankan hal-hal ini, mereka berani bertaruh untuk
hidup dengan munafik.
Sikap hidup orang munafik seperti yang dimiliki oleh
ahli-ahli Taurat kerap kali mementingkan prinsip formalitas, prinsip rutinitas.
Contohnya seperti ini, orang yang berdoa untuk Makan malam hanya melakukan
sekedar krn itu sdh menjadi kebiasaan
sebelum makan malam. Masih bnyk lagi contoh yg lainnya. Ada juga orang yg pergi
ke gereja krena itu sdh menjadi kebiasaan bhw setiap hari minggu orang Kristen
harus berada di gereja dan bukan di Pasar atau kebun. Ada juga yg melakukan
kegiataan keagamaannya supaya dilihat orang. Tentang hal ini Yesus berkata dlm
Matius 23:5, “Semua pekerjaan yang mereka
lakukan hanya dimaksud supaya dilihat orang;
mereka memakai tali sembahyang yang lebar dan jumbai yang panjang..” Lalu Yesus berkata demikian dlm Matius
6: 1, "Ingatlah, jangan kamu melakukan
kewajiban agamamu di hadapan orang supaya dilihat mereka, karena jika demikian, kamu tidak beroleh upah dari
Bapamu yang di sorga.
Penyembahan yg benar adalah Penyembahan yg bertolak dari rasa
syukur yg tulus dan ikhlas atas berkat-berkat Tuhan yang kita terima.
Penyembahan yang bersifat pribadi dengan Allah dalam sebuah persekutuan yang
intim.
3.
Menjauhkan
diri dari Sikap Tamak
Pada ayat 47 dalam bagian pembacaan kita pada hari ini
mencatat demikin, “…yang menelan rumah
janda-janda…” Ayat ini ada karena beberapa pemimpin agama Yahudi telah mengambil keuntungan dari
janda-janda yang tidak menaruh curiga dan sendirian. Pemimpin ini akan meminta
dan menerima persembahan dalam jumlah besar dari mereka, dengan memanfaatkan
kesediaan para janda untuk menolong tokoh-tokoh yang dianggap hamba Allah.
Dengan kebohongan dan penipuan pemimpin ini membujuk janda-janda untuk
mempersembahkan lebih daripada kemampuan mereka, lalu para pemimpin itu hidup
mewah dengan persembahan itu. Pola yang sama telah terjadi sepanjang sejarah
gereja hingga hari ini. Setiap zaman mempunyai ahlinya di bidang pemerasan
agamais. Hati-hati saudara, gereja secara kelembagaan harus
memperhatikan bagian ini, kadang-kadang gereja tidak lagi menjalankan fungsi
awalnya. Pada saat ini banyak sekali gereja yang sangat menekankan peningkatan
persembahan dengan melakukan berbagai macam cara. Ada yang membuat banyak
sekali tangguk persembahan, kota persembahan, iuran ini, iuran itu, tapi
melupakan peningkatan kualitas iman dan kerohanian jemaat.
Sikap hidup tamak seperti yang dimiliki oleh ahli-ahli Taurat
ini sangat tipis perbedaannya dengan cara-cara gereja masa kini mempolitisir
pelayanan demi membuat rekening gereja membengkak. Di gereja-gereja yang besar
hampir disana tidak asing lagi, pertukaran pelayanan mimbar selalu diwarnai
denganm negosiasi jumlah uang yang menjadi Persembahan Kasih jika ia sdh
melayani di gereja tertentu. Ini adalah persoalan di gereja-gereja di Kota
Besar, dan pastinya gereja-gereja di daerah juga memiliki persoalan tersendiri
terkait dengan bagian ini.
Jika seperti ini, “Mau dibawa kemana hubungan kita” (Seperti
sebuah lagu itu), yang saya maksudkan adalah, “Mau dibawa kemana Gereja ini”.
Apakah kita membawanya menjadi ladang untuk berbisnis atau menjadi wadah untuk meningkatkan
kualitas jemaat dalam iman dan kerohanian, sehingga jemaat menjadi tangguh dan
kuat dalam menghadapi tantangan di dunia ini. Saudara yang terkasih dlm
Kristus, sikap ahli-ahli Taurat ini tidak membawa kita dekat dengan Allah,
namun sebaliknya menjauhkan kita dari Allah. Kita dipanggil untuk menjadi agen
Kerajaan Allah, bukan agen kerajaan diri sendiri, lembaga tertentu, atau agen
dunia ini. Hal yang patut kita takuti adalah pada bagian terakhir perikop ini
yaitu, “Mereka itu pasti akan menerima hukuman yang lebih besar” (Ayat 47b).
Hati-hati dengan sikap hidup kita, mari waspadai sikap hidup kita, mari koreksi
sikap kita terhadapTuhan dan sesama. Sudahkah kita hidup bagi bebas dari
komrpomi terhadap dosa? Sudahkah kita bebas dari sikap hidup yg munafik?
Sudahkah kita bebas dari sikap hidup tamak?
Jika belum, masih ada kesempatan untuk kita berubah, Pintu
Pertobatan masih terbuka bagi mereka yang sadar atas sikap yg keliru ini. Yesus
sangat peduli dengan mereka yang merendahkan hatinya serta membiarkan Dia
bertahta dalam hidupnya, dan mau diubahkan oleh Pengajaran Firman Allah. Mari
serahkan seluruh beban dan persoalan hidup kepada Tangan Allah yang kuat,
sehingga mendapat topangan dariNya untuk hidup seturut dengan Kebenaran
FirmanNya serta menjauhi larangan-larangannya.
Comments