‎"MENITI JEJAK YPPII DI BELAH BATU RUPIT, SUKU ANAK DALAM, MUSI RAWAS"

Joshua Phasa

Perayaan Paskah tinggal sehari lagi, tepat hari kamis 05 April, saya dengan seorang putra Suku Anak Dalam berangkat dari Bengkulu menuju ke Kabupaten Musi Rawas, propinsi Palembang. Kami tiba dengan selamat di tengah-tengah Komunitas Suku Anak Dalam yg kini sdh berdomisili di Musi Rawas, dan sebelumnya mereka tinggal di dusun Belah Batu. Di dusun Belah Batu inilah bermula adanya Komunitas Suku Anak Dalam yg percaya kepada Tuhan Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Kisah ini dituturkan kembali oleh seorang Kepala Suku yg bernama pak Rohmat. Beliau adalah generasi pertama dimana Yayasan Misi CMA menanamkan benih Injil di dalam hatinya dan komunitasnya! Menurut penuturan beliau sejak Perang dunia pertama mereka telah mengenal nama Yesus Kristus dan mereka telah mengakuinya sebagai Juruselamat pribadi oleh kesabaran seorang Misionaris utusan CMA yaitu Pdt. Hubert Mitchael, yang melayani di Suku Anak Dalam – Lubuk Linggau. Ia dibantu oleh F.L.Tobing (Salah satu tokoh dari YPPII), dan berhasil mendirikan gereja pada tahun 1938 dengan jumlah anggota mula-mula 21 jiwa. Oleh CMA pelayanan diserahkan ke WEC. Kemudian dirintislah penginjilan ke Curup Bengkulu dan membentuk persekutuan yang diberi nama Persekutuan Injili Internasional. Dari Curup, pelayanan bergerak ke Sekojo Palembang, dan Pdt. K.G. Williams melayani di Suku Anak Dalam Belah Batu Rupit. 

Selain dari nama-nama Misionaris yg melayani mereka kala itu, juga tak asing dalam telingah mereka mendengar nama YPPII dan nama Pak Octavianus. Hal ini membuat saya senang dan bergairah untuk menanyakan lebih banyak lagi mengenai kisah-kisah menarik ketika awal mula mereka menjadi Pengikut Kristus. dalam penuturan Sang Kepala Suku tersebut yg kini menjadi murid Kristus menjelaskan bahwa hal yg membuat mereka tergerak untuk merespon terhadap berita Injil ini adalah karena para Misionaris yg melayani mereka, memiliki Kasih yang besar dan kerelaan untuk hidup bersama mereka di tengah hutan selama bertahun-tahun. Kasih inilah yang membuat mereka kagum dan tergerak untuk mengenal pribadi yang mereka sampaikan saban hari, yaitu Tuhan Yesus Kristus. Sungguh ini adalah kisah yang sangat menyentuh bukan? Semangat misi abad itu yang dominan menjangkau sampai ke bagian terdalam dan terjauh dari sebuah komunitas terabaikan menjadikan mereka memiliki harapan dan janji Keselamatan.

Namun penuturan selanjutnya membuat mataku yg mulanya berbinar-binar mendengar kisah para misionaris tersebut berubah menjadi raut wajah yang sedih mendengarkan keluhnya dengan kondisi iman mereka saat ini jauh tertinggal dengan umat-umat Kristen lainnya. Walaupun dari suku ini menjadi cikal bakal Gereja Kristen Injili Indonesia (GKII) Curup, Bengkulu, namun saat ini keberadaan mereka jauh tertinggal dengan kemajuan jemaat-jemaat GKII lainnya yang berada di seputaran Bengkulu. Dalam pengamatan saya, mereka masih tertinggal dalam hal pendidikan, perekonomian dan juga dalam hal kerohanian. Mereka hampir terhimpit dalam segala aspek. Namun mereka masih berbesar hati, di dalam kondisi seperti ini, mereka masih mengakui bahwa jika mereka berhasil beradaptasi dengan kehidupan modern itu tidak lepas oleh karena keberhasilan Gereja yang telah memulainya. Ada pun jika saat ini sudah banyak yang dibenahi oleh pemerintah, "itu hanya bersifat tindak lanjut susulan" demikian paparan dari Kepala Suku tersebut.

Setelah mendapatkan sekelumit sejarah Misi di Suku Anak Dalam ini, saya pun menanyakan apa yang menjadi harapan dari Kepala Suku tersebut. Akhirnya dengan wajah yang penuh harapan ia pun berkata jujur bahwa yang mereka butuhkan adalah Hamba Tuhan yang melayani secara intensif dan juga bersedia untuk melayani sanak saudara mereka yang masih berada di Belah Batu, Rupit. Harapan lainnya adalah, mereka menginginkan ada asrama di dekat gereja mereka. Tujuannya jika ada asrama, maka itu bisa menjadi wadah untuk menampung anak-anak dari sanak saudara mereka yang masih tinggal di tengah hutan khususnya di daerah pedalaman Jambi, tempat komunitas besar Suku Anak Dalam. Harapa mereka adalah melalui kehidupan berasrama ini, mereka rindu akan memberikan pembinaan secara kerohanian untuk membentuk generasi baru yang percaya kepada Tuhan dan dipersiapkan untuk kembali ke komunitas masing-masing sehingga keluarga mereka pun dapat mengenal kebenaran.

Demikian catatan saya mengenai jejak YPPII di daerah Rupit, Musi Rawas, khususnya di Komunitas Suku Anak Dalam. Harapan saya adalah jika memang dari panitia penyelenggara KTN 2012 tidak keberatan untuk memfasilitasi Kepala Suku tersebut untuk datang menghadiri acara akbar YPPII dan I-3 tahun ini, maka ini adalah salah satu ide yang menarik untuk memberikan motivasi kepada suku tersebut dan juga kepada pelayan-pelayan misi di mana pun berada, bahwa pelayanan YPPII dan I-3 sudah memberkati banyak orang, baik di dalam negeri dan di luar negeri. Semoga catatan ini bermanfaat dan memberkati setiap yang membacanya. Tuhan memberkati. Salam Paskah dari Yosua B. Pasa dan Family!

Comments

Anonymous said…
Wah...sayang wacana menghadirkan beliau di KTN 2012 tidak dikomunikasikan kepada panitia di Batu, Pak.

Hal tersebut sebenarnya sangat memungkinkan.

Popular posts from this blog

Apa itu N1, N2, N3, PM1?

Kumpulan Renungan Pribadi dlm Kitab Mazmur

WASPADAH TERHADAP SIKAP HIDUP AHLI TAURAT