Kepastian Mengenai Jalan Kelepasan dari Dosa
Study By: J. Hampton Keathley, III
Pendahuluan
Banyak pertanyaan muncul mengenai permasalahan dosa
dalam kehidupan orang percaya. Mengapa saya sebagai orang percaya masih
berbuat dosa? Apa yang harus saya lakukan? Bagaimana saya bisa
memperoleh pengampunan atas dosa saya? Bagaimana saya dapat mengatasi
dan menaklukkan sifat-sifat lama saya? Orang percaya akan diperhadapkan
dengan dilemma (permasalahan) seperti yang dinyatakan dalam Roma 7:15-18
dan Galatia 5:17. Itulah sebabnya orang-orang Kristen masa kini perlu
arahan dan petunjuk Kitab Suci dalam menghadapi permasalahan ini.
Roma 7:15-18 Sebab apa yang aku perbuat, aku tidak
tahu. Karena bukan apa yang aku kehendaki yang aku perbuat, tetapi apa
yang aku benci, itulah yang aku perbuat. Jadi jika aku perbuat apa yang
tidak aku kehendaki, aku menyetujui, bahwa hukum Taurat itu baik. Kalau
demikian bukan aku lagi yang memperbuatnya, tetapi dosa yang ada di
dalam aku. Sebab aku tahu, bahwa di dalam aku, yaitu di dalam aku
sebagai manusia, tidak ada sesuatu yang baik. Sebab kehendak memang ada
di dalam aku, tetapi bukan hal berbuat apa yang baik.
Galatia 5:17 Sebab keinginan daging berlawanan
dengan keinginan Roh dan keinginan Roh berlawanan dengan keinginan
daging--karena keduanya bertentangan--sehingga kamu setiap kali tidak
melakukan apa yang kamu kehendaki.
Definisi Dosa
Dosa adalah segala sesuatu yang tidak sesuai atau
mencapai standar (sasaran) yang telah ditetapkan Allah. Segala hal yang
tidak sesuai dengan hukum moral Allah dalam bentuk tindakan, perbuatan
atau keadaan adalah dosa. Singkatnya, setiap hal yang bertentangan
dengan karakter Allah yang kudus adalah dosa.7
Kategori-Kategori Dosa
Ayat-ayat Kunci:
Amsal 6:16-19 Enam perkara ini yang dibenci TUHAN,
bahkan, tujuh perkara yang menjadi kekejian bagi hati-Nya: mata sombong,
lidah dusta, tangan yang menumpahkan darah orang yang tidak bersalah,
hati yang membuat rencana-rencana yang jahat, kaki yang segera lari
menuju kejahatan, seorang saksi dusta yang menyembur-nyemburkan
kebohongan dan yang menimbulkan pertengkaran saudara.
Efesus 5:19-22 dan berkata-katalah seorang kepada
yang lain dalam mazmur, kidung puji-pujian dan nyanyian rohani.
Bernyanyi dan bersoraklah bagi Tuhan dengan segenap hati. Ucaplah syukur
senantiasa atas segala sesuatu dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus
kepada Allah dan Bapa kita dan rendahkanlah dirimu seorang kepada yang
lain di dalam takut akan Kristus. Hai isteri, tunduklah kepada suamimu
seperti kepada Tuhan.
Untuk dapat lebih mendalami sifat dosa itu, kita dapat mengelompokkan dosa itu ke dalam empat kategori:
Tidak Menghargai Kasih Karunia Allah
Tidak menghargai kasih karunia Allah berarti sengaja
melalaikan atau menyia-nyiakan kasih karunia Allah dengan selalu
berusaha mengandalkan kekuatan diri sendiri dalam menghadapi setiap hal.
Termasuk dalamnya adalah melalaikan Firman Allah, tak mau bersekutu
untuk mendapatkan kekuatan rohani, dan tak mau berdoa atau membawa
setiap kebutuhan kita kepadaNya.
Ibrani 12:15 Jagalah supaya jangan ada seorangpun
menjauhkan diri dari kasih karunia Allah, agar jangan tumbuh akar yang
pahit yang menimbulkan kerusuhan dan yang mencemarkan banyak orang.
Yesaya 50:11 Sesungguhnya, kamu semua yang
menyalakan api dan yang memasang panah-panah api, masuklah ke dalam
nyala apimu, dan ke tengah-tengah panah-panah api yang telah kamu
pasang! Oleh tangan-Kulah hal itu akan terjadi atasmu; kamu akan
berbaring di tempat siksaan.
Yeremia 2:13 Sebab dua kali umat-Ku berbuat jahat:
mereka meninggalkan Aku, sumber air yang hidup, untuk menggali kolam
bagi mereka sendiri, yakni kolam yang bocor, yang tidak dapat menahan
air.
Yeremia 17:5 Beginilah firman TUHAN: "Terkutuklah
orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri,
dan yang hatinya menjauh dari pada TUHAN!
Pada hakekatnya sikap tak menghargai atau
menyia-nyiakan kasih karunia Allah adalah berusaha menjalani kehidupan
ini dengan mengandalkan kemampuan, kekuatan dan kepintaran sendiri tanpa
mau berserah kepada kekuatan dan kuasa Allah.
Ibrani 4:16 Sebab itu marilah kita dengan penuh
keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat
dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada
waktunya.
Ibrani 10:25 Janganlah kita menjauhkan diri dari
pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang,
tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya
menjelang hari Tuhan yang mendekat.
Galatia 5:5 Sebab oleh Roh, dan karena iman, kita menantikan kebenaran yang kita harapkan.
Galatia 5:16 Maksudku ialah: hiduplah oleh Roh, maka kamu tidak akan menuruti keinginan daging.
Efesus 6:10-18 Akhirnya, hendaklah kamu kuat di
dalam Tuhan, di dalam kekuatan kuasa-Nya. Kenakanlah seluruh
perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat bertahan melawan tipu
muslihat Iblis; karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan
daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa,
melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat
di udara. Sebab itu ambillah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya
kamu dapat mengadakan perlawanan pada hari yang jahat itu dan tetap
berdiri, sesudah kamu menyelesaikan segala sesuatu. Jadi berdirilah
tegap, berikatpinggangkan kebenaran dan berbajuzirahkan keadilan, kakimu
berkasutkan kerelaan untuk memberitakan Injil damai sejahtera; dalam
segala keadaan pergunakanlah perisai iman, sebab dengan perisai itu kamu
akan dapat memadamkan semua panah api dari si jahat, dan terimalah
ketopong keselamatan dan pedang Roh, yaitu firman Allah, dalam segala
doa dan permohonan. Berdoalah setiap waktu di dalam Roh dan
berjaga-jagalah di dalam doamu itu dengan permohonan yang tak
putus-putusnya untuk segala orang kudus.
Dosa-Dosa Pikiran atau yang berkenaan dengan Sikap
Dosa-dosa ini termasuk kepahitan, kebencian, kekuatiran, iri, tamak, dengki, selalu tak merasa puas dan kebencian.
Galatia 5:19-21 Perbuatan daging telah nyata, yaitu:
percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir,
perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri,
percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan
sebagainya. Terhadap semuanya itu kuperingatkan kamu--seperti yang telah
kubuat dahulu--bahwa barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia
tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah.
Matius 15:19 Karena dari hati timbul segala pikiran
jahat, pembunuhan, perzinahan, percabulan, pencurian, sumpah palsu dan
hujat.
Dosa-Dosa yang berkenaan dengan Lidah
Dosa-dosa lidah termasuk berbohong, bersaksi dusta,
fitnah, berkata kotor, gosip, menyebar permusuhan (provokator) dan
luapan amarah.
Amsal 6:17-19 mata sombong, lidah dusta, tangan yang
menumpahkan darah orang yang tidak bersalah, hati yang membuat
rencana-rencana yang jahat, kaki yang segera lari menuju kejahatan,
seorang saksi dusta yang menyembur-nyemburkan kebohongan dan yang
menimbulkan pertengkaran saudara.
Matius 15:19 Karena dari hati timbul segala pikiran
jahat, pembunuhan, perzinahan, percabulan, pencurian, sumpah palsu dan
hujat.
Efesus 5:4 Demikian juga perkataan yang kotor, yang
kosong atau yang sembrono--karena hal-hal ini tidak pantas--tetapi
sebaliknya ucapkanlah syukur.
Efesus 4:29 Janganlah ada perkataan kotor keluar
dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun, di
mana perlu, supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia.
Dosa-Dosa yang berkenaan dengan Perbuatan
Termasuk dalam kategori ini adalah perbuatan amoral (zinah, percabulan), mencuri, menipu, membunuh, dan merampok.
Matius 15:19 Karena dari hati timbul segala pikiran
jahat, pembunuhan, perzinahan, percabulan, pencurian, sumpah palsu dan
hujat.
Galatia 5:19-21 Perbuatan daging telah nyata, yaitu:
percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir,
perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri,
percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan
sebagainya. Terhadap semuanya itu kuperingatkan kamu--seperti yang telah
kubuat dahulu--bahwa barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia
tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah.
Dalam upaya memahami keempat kategori dosa ini, penting sekali kita menyorotinya dari perspektif hubungan sebab akibat atau akar/buah busuk. Setiap perbuatan dosa pasti ada akar permasalahannya. Tuhan Yesus berbicara tentang hal ini dalam ayat-ayat:
Matius 12:34-37 Hai kamu keturunan ular beludak,
bagaimanakah kamu dapat mengucapkan hal-hal yang baik, sedangkan kamu
sendiri jahat? Karena yang diucapkan mulut meluap dari hati. Orang yang
baik mengeluarkan hal-hal yang baik dari perbendaharaannya yang baik
dan orang yang jahat mengeluarkan hal-hal yang jahat dari
perbendaharaannya yang jahat. Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap kata
sia-sia yang diucapkan orang harus dipertanggungjawabkannya pada hari
penghakiman. Karena menurut ucapanmu engkau akan dibenarkan, dan menurut
ucapanmu pula engkau akan dihukum.
Matius 15:18-19 Tetapi apa yang keluar dari mulut
berasal dari hati dan itulah yang menajiskan orang. Karena dari hati
timbul segala pikiran jahat, pembunuhan, perzinahan, percabulan,
pencurian, sumpah palsu dan hujat.
Apa yang keluar dari mulut kita mencerminkan atau
menggambarkan apa yang ada dalam hati. Dalam Alkitab, hati itu
menggambarkan keadaan batiniah seseorang, termasuk di dalamnya adalah
pikiran, perasaan dan kehendak orang itu. Apabila kita memikirkan atau
merancang-rancang hal-hal yang jahat, yang tidak sesuai dengan pikiran
Kristus, pasti itulah yang akan keluar dari mulut kita. Dosa-dosa lidah
merupakan produk dosa-dosa dalam hati atau dosa-dosa mental seseorang.
Apabila kita menyimpan pikiran-pikiran jahat seperti dengki, iri, amarah
ataupun ketakutan, ini akan membuahkan memfitnah orang lain,
menyombongkan diri, berupaya menjatuhkan orang lain dengan berbagai cara
licik, seperti melancarkan kritik-kritik negatif dan menyebar gosip
atau mengeluarkan kata-kata yang tidak mencerminkan iman, kasih dan
pengharapan.
Namun pikiran-pikiran jahat inipun memiliki akar
atau sumbernya. Dalam Matius 15:19 “pikiran jahat” didaftarkan bersama
dengan membunuh, berzinah, percabulan, mencuri, berdusta, dan fitnah.
Memang dosa-dosa tersebut bersumber dari pikiran jahat, tetapi dari
manakah pikiran jahat itu bersumber? Perhatikan dalam Matius 12:34-35,
Tuhan Yesus melukiskan apa yang ada dalam hati seseorang ibarat
perbendaharaan harta. Perbendaharaan harta itu bisa baik atau jahat.
Harta tentu saja adalah sesuatu yang kita sangat hargai, mengapa? Karena
dengan harta kita dapat membeli apa saja yang kita inginkan atau yang
kita anggap menjadi kebutuhan kita.
Saya ingin menegaskan di sini bahwa pikiran jahat
itu bersumber pada kepercayaan-kepercayaan yang keliru atau
kebohongan-kebohongan (dusta) yang kita percayai. Misalnya, apabila kita
iri atau menginginkan milik orang lain, seebnarnya kita menaruh
pemikiran atau kepercayaan yang keliru bahwa dengan mendapatkan milik
orang lain itu, kita akan menjadi senang atau bahagia. Bila kita menaruh
pemikiran semacam itu berarti kita telah mempercayai kebohongan (dusta)
yang disodorkan oleh Setan dan dunia ini, bahwa kebahagiaan itu dengan
sendirinya akan datang bila kita memiliki harta atau kekayaan yang
banyak, apakah itu dalam bentuk popularitas, plesir, jabatan, kepintaran
atau hal-hal material.
Aplikasi sederhana dari pelajaran ini adalah bahwa
dalam menghadapi dosa dalam kehidupan kita, kita harus belajar melihat
apa yang ada dibalik sesuatu perbuatan dosa, yakni langsung kepada akar
permasalahannya. Jika tidak, maka kita tak akan pernah mengalami
perubahan yang sejati dan abadi, yang sebenarnya harus terjadi atau
terbentuk di dalam bagian yang paling dalam, yakni dalam batin atau hati
seseorang. Ini tentu saja hanya bisa terjadi melalui iman. Kita akan
membahasnya lebih lanjut dan lebih mendalam, dalam pelajaran-pelajaran
berikut.
Jalan Keampunan Dosa
Ayat-ayat Kunci:
1 Yohanes 1:8-10 Jika kita berkata, bahwa kita tidak
berdosa, maka kita menipu diri kita sendiri dan kebenaran tidak ada di
dalam kita. Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil,
sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari
segala kejahatan. Jika kita berkata, bahwa kita tidak ada berbuat dosa,
maka kita membuat Dia menjadi pendusta dan firman-Nya tidak ada di dalam
kita.
Roma 8:31-34 Sebab itu apakah yang akan kita katakan
tentang semuanya itu? Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan
melawan kita? Ia, yang tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi yang
menyerahkan-Nya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak
mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia?
Siapakah yang akan menggugat orang-orang pilihan Allah? Allah, yang
membenarkan mereka? Siapakah yang akan menghukum mereka? Kristus Yesus,
yang telah mati? Bahkan lebih lagi: yang telah bangkit, yang juga duduk
di sebelah kanan Allah, yang malah menjadi Pembela bagi kita?
Yohanes 13:1-10 Sementara itu sebelum hari raya
Paskah mulai, Yesus telah tahu, bahwa saat-Nya sudah tiba untuk beralih
dari dunia ini kepada Bapa. Sama seperti Ia senantiasa mengasihi
murid-murid-Nya demikianlah sekarang Ia mengasihi mereka sampai kepada
kesudahannya. Mereka sedang makan bersama, dan Iblis telah membisikkan
rencana dalam hati Yudas Iskariot, anak Simon, untuk mengkhianati Dia.
Yesus tahu, bahwa Bapa-Nya telah menyerahkan segala sesuatu kepada-Nya
dan bahwa Ia datang dari Allah dan kembali kepada Allah. Lalu bangunlah
Yesus dan menanggalkan jubah-Nya. Ia mengambil sehelai kain lenan dan
mengikatkannya pada pinggang-Nya, kemudian Ia menuangkan air ke dalam
sebuah basi, dan mulai membasuh kaki murid-murid-Nya lalu menyekanya
dengan kain yang terikat pada pinggang-Nya itu. Maka sampailah Ia kepada
Simon Petrus. Kata Petrus kepada-Nya: "Tuhan, Engkau hendak membasuh
kakiku?" Jawab Yesus kepadanya: "Apa yang Kuperbuat, engkau tidak tahu
sekarang, tetapi engkau akan mengertinya kelak." Kata Petrus kepada-Nya:
"Engkau tidak akan membasuh kakiku sampai selama-lamanya." Jawab Yesus:
"Jikalau Aku tidak membasuh engkau, engkau tidak mendapat bagian dalam
Aku." Kata Simon Petrus kepada-Nya: "Tuhan, jangan hanya kakiku saja,
tetapi juga tangan dan kepalaku!" Kata Yesus kepadanya: "Barangsiapa
telah mandi, ia tidak usah membasuh diri lagi selain membasuh kakinya,
karena ia sudah bersih seluruhnya. Juga kamu sudah bersih, hanya tidak
semua."
Mazmur 32:1-5 Dari Daud. Nyanyian pengajaran.
Berbahagialah orang yang diampuni pelanggarannya, yang dosanya ditutupi!
Berbahagialah manusia, yang kesalahannya tidak diperhitungkan TUHAN,
dan yang tidak berjiwa penipu! Selama aku berdiam diri, tulang-tulangku
menjadi lesu karena aku mengeluh sepanjang hari; sebab siang malam
tangan-Mu menekan aku dengan berat, sumsumku menjadi kering, seperti
oleh teriknya musim panas. Sela Dosaku kuberitahukan kepada-Mu dan
kesalahanku tidaklah kusembunyikan; aku berkata: "Aku akan mengaku
kepada TUHAN pelanggaran-pelanggaranku," dan Engkau mengampuni kesalahan
karena dosaku. Sela.
Mazmur 51:1-13 Untuk pemimpin biduan. Mazmur dari
Daud, ketika nabi Natan datang kepadanya setelah ia menghampiri
Batsyeba. Kasihanilah aku, ya Allah, menurut kasih setia-Mu, hapuskanlah
pelanggaranku menurut rahmat-Mu yang besar! Bersihkanlah aku seluruhnya
dari kesalahanku, dan tahirkanlah aku dari dosaku! Sebab aku sendiri
sadar akan pelanggaranku, aku senantiasa bergumul dengan dosaku.
Terhadap Engkau, terhadap Engkau sajalah aku telah berdosa dan melakukan
apa yang Kauanggap jahat, supaya ternyata Engkau adil dalam putusan-Mu,
bersih dalam penghukuman-Mu. Sesungguhnya, dalam kesalahan aku
diperanakkan, dalam dosa aku dikandung ibuku. Sesungguhnya, Engkau
berkenan akan kebenaran dalam batin, dan dengan diam-diam Engkau
memberitahukan hikmat kepadaku. Bersihkanlah aku dari pada dosaku dengan
hisop, maka aku menjadi tahir, basuhlah aku, maka aku menjadi lebih
putih dari salju! Biarlah aku mendengar kegirangan dan sukacita, biarlah
tulang yang Kauremukkan bersorak-sorak kembali! Sembunyikanlah wajah-Mu
terhadap dosaku, hapuskanlah segala kesalahanku! Jadikanlah hatiku
tahir, ya Allah, dan perbaharuilah batinku dengan roh yang teguh!
Janganlah membuang aku dari hadapan-Mu, dan janganlah mengambil roh-Mu
yang kudus dari padaku! Bangkitkanlah kembali padaku kegirangan karena
selamat yang dari pada-Mu, dan lengkapilah aku dengan roh yang rela!
Maka aku akan mengajarkan jalan-Mu kepada orang-orang yang melakukan
pelanggaran, supaya orang-orang berdosa berbalik kepada-Mu.
Keselamatan dalam Kristus memberikan dan menjamin
jalan kemenangan atas dosa, namun hal itu tidak membebaskan kita dari
godaan berbuat dosa. Setiap orang percaya harus berusaha (a) agar tidak
berbuat dosa (1 Yohanes 2:1), dan (b) menjauhkan pemikiran boleh terus
hidup dalam dosa agar kasih karunia semakin nyata dalam kehidupannya (Rom. 6:1dst.).
Namun sebagai manusia biasa, kita tak lepas dari dosa selama kita masih
dalam dunia ini. Ini dijelaskan dalam 1 Yohanes 1:8-2:2.
Jika demikian, apakah jalan kelepasan yang telah
disediakan Allah ketika kita berbuat dosa? Untuk mendapatkan jawabannya,
coba simak ayat-ayat dibawah ini:
1 Yohanes 1:8-2:2 Jika kita berkata, bahwa kita
tidak berdosa, maka kita menipu diri kita sendiri dan kebenaran tidak
ada di dalam kita. Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan
adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita
dari segala kejahatan. Jika kita berkata, bahwa kita tidak ada berbuat
dosa, maka kita membuat Dia menjadi pendusta dan firman-Nya tidak ada di
dalam kita. Anak-anakku, hal-hal ini kutuliskan kepada kamu, supaya
kamu jangan berbuat dosa, namun jika seorang berbuat dosa, kita
mempunyai seorang pengantara pada Bapa, yaitu Yesus Kristus, yang adil.
Dan Ia adalah pendamaian untuk segala dosa kita, dan bukan untuk dosa
kita saja, tetapi juga untuk dosa seluruh dunia.
Roma 6:1-8 Jika demikian, apakah yang hendak kita
katakan? Bolehkah kita bertekun dalam dosa, supaya semakin bertambah
kasih karunia itu? Sekali-kali tidak! Bukankah kita telah mati bagi
dosa, bagaimanakah kita masih dapat hidup di dalamnya? Atau tidak
tahukah kamu, bahwa kita semua yang telah dibaptis dalam Kristus, telah
dibaptis dalam kematian-Nya? Dengan demikian kita telah dikuburkan
bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama
seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan
Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru. Sebab jika
kita telah menjadi satu dengan apa yang sama dengan kematian-Nya, kita
juga akan menjadi satu dengan apa yang sama dengan kebangkitan-Nya.
Karena kita tahu, bahwa manusia lama kita telah turut disalibkan, supaya
tubuh dosa kita hilang kuasanya, agar jangan kita menghambakan diri
lagi kepada dosa. Sebab siapa yang telah mati, ia telah bebas dari dosa.
Jadi jika kita telah mati dengan Kristus, kita percaya, bahwa kita akan
hidup juga dengan Dia.
Janiji Keampunan Melalui Pengakuan
I Yohanes 1:8-10 mengajak kita untuk memperhatikan tiga aspek dalam pengakuan dosa: (a) Pengakuan akan adanya prinsip dosa; (b) pengakuan dosa-dosa khusus atau dosa-dosa tertentu; dan (c) pengakuan akan adanya perbuatan dosa. Ketiga aspek ini akan dibahas di bawah ini.
Karena kata kunci di sini adalah pengakuan,
pertanyaan yang muncul adalah apakah arti mengakuii dosa? Istilah Yunani
untuk mengaku dalam 1 Yohanes 1:9 adalah homologeo yang berarti “berbicara bahasa yang sama,” “mengakui, setuju dengan.” Kata ini berasal dari homologos,
yang berarti “berpikir sama.” Jadi mengaku dosa dalam ayat ini berarti
kita setuju dengan pikiran Allah dan FirmanNya mengenai dosa itu. Mari
kita simak dua hal mengenai maknanya:
(1) Pengakuan merupakan keharusan memandang dosa itu menurut keadaannya yang sebenarnya.
Dosa itu selalu mencelakakan kita dan orang-orang lain. Dosa itu selalu
mempermalukan Allah. Dosa itu selalu jelek dan buruk. Dosa itu bukan
hanya membutuhkan pengampunan Allah untuk pemulihan persekutuan orang
percaya melainkan juga perlu dibuang jauh-jauh dari kehidupan kita
dengan pertolonganNya. Kita tak boleh bersikap meringankan atau pandang
enteng terhadap dosa. Kita harus membenci dosa sebagaimana Allah
memandangnya sebagai sesuatu yang keji dan jijik.
Amsal 28:13-14 Takut akan TUHAN ialah membenci
kejahatan; aku benci kepada kesombongan, kecongkakan, tingkah laku yang
jahat, dan mulut penuh tipu muslihat. Padaku ada nasihat dan
pertimbangan, akulah pengertian, padakulah kekuatan.
(2) Pengakuan menuntut kejujuran dari pihak kita terhadap dosa itu. Kita sering cenderung mau
menghindar dari realita dosa yang kita perbuat. Kita selalu berusaha
berdalih, menyangkalinya, atau menyalahkan orang lain seperti yang
diperbuat Adam dan Hawa ketika diperhadapkan dengan pelanggaran mereka
dalam Kejadian 3:7-13.
Kecenderungan manusia sejak mulanya untuk berdalih
atau melemparkan kesalahannya diperjelas dalam dalam 1Yohanes 1:6-10
dengan kata “jika” yang disebutkan lima kali. Perhatikan ketiga hal
dalam 1 Yohanes 1:8-10 yang perlu diakui. Dua dari antaranya dikemukakan
sebagai pernyataan palsu melalui perkataan “Jika kita mengatakan” (ayat
8 dan 10). Namun ingat bahwa lawan atau kebalikan dari pernyataan palsu
adalah pengakuan yang jujur mengenai dosa kita. Inilah yang dituntut
Allah dari pihak kita.
Pengakuan akan adanya prinsip dosa (1 Yohanes 1:8)
Yohanes mengalamatkan tulisannya kepada orang-orang
percaya dengan maksud menasihatkan mengenai persekutuan mereka dengan
Tuhan. Istilah Yunani koinonia, berarti “partisipasi,
keikutsertaan,” dan yang kemudian diartikan “persekutuan, hubungan dekat
atau akrab.” Dengan iman, orang-orang percaya mengambil bagian dalam
kehidupanNya dan sifatNya untuk menjadi seperti Kristus. Dalam 1 Yohanes
2:1, 7 dan 12, Yohanes menyapa para pembacanya dengan sebutan,
“anak-anakku,” dan “saudara-saudara yang kekasih.” Ia yakin mereka telah
mengenal Tuhan dan dosa-dosa mereka telah diampuni, namun ia prihatin
dengan persekutuan dan perjalanan hidup mereka sehari-hari dengan Tuhan.
Orang-orang percaya mungkin saja mengatakan memiliki
persekutuan dengan Tuhan (1 Yohanes 1:6), namun kenyataannya mereka
berjalan dalam kegelapan karena mereka tidak mau mengakui dan
membereskan dosa mereka. Karena itu Yohanes ingin menunjukkan prinsip
penting dalam memelihara persekutuan dan mengemukakan bukti-bukti adanya
persekutuan yang sejati dengan Tuhan.
Mazmur 51:5 Sesungguhnya, dalam kesalahan aku diperanakkan, dalam dosa aku dikandung ibuku.
Mazmur 58:3 Sejak lahir orang-orang fasik telah menyimpang, sejak dari kandungan pendusta-pendusta telah sesat.
Namun kita perlu memahami adanya perbedaan antara hubungan, yakni perihal menjadi anak Allah oleh kelahiran baru melalui iman kepada Kristus, dan persekutuan,
kedekatan dengan Tuhan melalui iman. Dengan munculnya berbagai angin
pengajaran menyesatkan yang memutarbalikkan Firman Tuhan, muncul pula
orang-orang yang mengajarkan bahwa sebagai orang percaya, mereka tidak
memiliki dosa lagi. Mereka bahkan mengatakan tidak memiliki lagi
kecenderungan berbuat dosa dan sifat (kapasitas) berbuat dosa di dalam
diri mereka. Dosa di sini berbentuk tunggal (singular) yang menunjukkan
prinsip dosa warisan yang selalu cenderung terpusat kepada diri sendiri.8
Yohanes berkata bahwa orang-orang seperti itu hanya menipu diri mereka
sendiri, namun pasti mereka tak dapat menipu Dia yang benar-benar
mengenal keadaan mereka yang sebenarnya.
Kebalikan dari pandangan seperti ini adalah mengakui
bahwa kita masih memiliki sifat dosa atau prinsip dosa di dalam diri
kita. Memang kelahiran baru memberikan kita sifat baru, namun tidak
membasmi sifat lama atau prinsip dosa yang masih bercokol di dalam kita.
Kuasa dosa di dalam kita memang telah lumpuh sehingga kita tak harus
diperhamba lagi olehnya., namun sifat dosa itu masih tetap ada. Memahami
kebenaran ini dan mengakui kenyataan ini akan menolong kita untuk tetap
waspada dan siuman sehingga kita akan termotivasi secara aktif untuk
berupaya mengatasinya melalui iman kepada Kristus dan kasih karuniaNya.
Mustahil kita dapat menaklukkan musuh kita apabila kita tidak mengetahui
bahwa musuh itu ada.
Roma 6:4-11 Dengan demikian kita telah dikuburkan
bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama
seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan
Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru. Sebab jika
kita telah menjadi satu dengan apa yang sama dengan kematian-Nya, kita
juga akan menjadi satu dengan apa yang sama dengan kebangkitan-Nya.
Karena kita tahu, bahwa manusia lama kita telah turut disalibkan, supaya
tubuh dosa kita hilang kuasanya, agar jangan kita menghambakan diri
lagi kepada dosa. Sebab siapa yang telah mati, ia telah bebas dari dosa.
Jadi jika kita telah mati dengan Kristus, kita percaya, bahwa kita akan
hidup juga dengan Dia. Karena kita tahu, bahwa Kristus, sesudah Ia
bangkit dari antara orang mati, tidak mati lagi: maut tidak berkuasa
lagi atas Dia. Sebab kematian-Nya adalah kematian terhadap dosa, satu
kali dan untuk selama-lamanya, dan kehidupan-Nya adalah kehidupan bagi
Allah. Demikianlah hendaknya kamu memandangnya: bahwa kamu telah mati
bagi dosa, tetapi kamu hidup bagi Allah dalam Kristus Yesus
Roma 7:14-21 Sebab kita tahu, bahwa hukum Taurat
adalah rohani, tetapi aku bersifat daging, terjual di bawah kuasa dosa.
Sebab apa yang aku perbuat, aku tidak tahu. Karena bukan apa yang aku
kehendaki yang aku perbuat, tetapi apa yang aku benci, itulah yang aku
perbuat. Jadi jika aku perbuat apa yang tidak aku kehendaki, aku
menyetujui, bahwa hukum Taurat itu baik. Kalau demikian bukan aku lagi
yang memperbuatnya, tetapi dosa yang ada di dalam aku. Sebab aku tahu,
bahwa di dalam aku, yaitu di dalam aku sebagai manusia, tidak ada
sesuatu yang baik. Sebab kehendak memang ada di dalam aku, tetapi bukan
hal berbuat apa yang baik. Sebab bukan apa yang aku kehendaki, yaitu
yang baik, yang aku perbuat, melainkan apa yang tidak aku kehendaki,
yaitu yang jahat, yang aku perbuat. Jadi jika aku berbuat apa yang tidak
aku kehendaki, maka bukan lagi aku yang memperbuatnya, tetapi dosa yang
diam di dalam aku. Demikianlah aku dapati hukum ini: jika aku
menghendaki berbuat apa yang baik, yang jahat itu ada padaku.
Galatia 5:17-21 Sebab keinginan daging berlawanan
dengan keinginan Roh dan keinginan Roh berlawanan dengan keinginan
daging--karena keduanya bertentangan--sehingga kamu setiap kali tidak
melakukan apa yang kamu kehendaki. Akan tetapi jikalau kamu memberi
dirimu dipimpin oleh Roh, maka kamu tidak hidup di bawah hukum Taurat.
Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu,
penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah,
kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian,
kemabukan, pesta pora dan sebagainya. Terhadap semuanya itu
kuperingatkan kamu--seperti yang telah kubuat dahulu--bahwa barangsiapa
melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat bagian dalam
Kerajaan Allah.
Pengakuan dosa-dosa khusus atau dosa-dosa tertentu (1 Yohanes 1:9)
Dengan menyadari keberadaan sifat dosa ini dalam
diri kita, akan mendorong kita untuk lebih siap dan waspada terhadap
perbuatan dosa khusus atau tertentu yang kita harus akui kepada Allah
dan berupaya membereskannya. Yohanes mengatakan, “Jika kita mengaku dosa
kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala
dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan” (1 Yohanes 1:9).
“Dosa” dalam ayat 9 ini berbentuk jamak (plural) –
“dosa-dosa” dengan dibubuhi kata penunjuk artikel dalam bahasa Yunani,
sedangkan dosa dalam ayat 8 berbentuk tunggal (singular) tanpa penunjuk
artikel. Yohanes di sini menulis tentang perbuatan-perbuatan dosa
tertentu. Karena itu kita tak boleh hanya sekedar meminta agar Tuhan
mengampuni segala dosa kita. Mengucapkan doa pengakuan yang sangat umum
seperti ini akan mengakibatkan tiga hal:
(1) Hal ini akan menggabungkan dosa-dosa secara umum
sehingga kita tak perlu lagi menggubris dosa-dosa khusus dalam
kehidupan kita.
(2) Hal ini merupakan cara menyembunyikan atau membiarkan dosa-dosa kita.
(3) Hal ini akan menghambat upaya penyelesaian dosa-dosa khusus dan akar penyebabnya berdasarkan ajaran-ajaran Kitab Suci.
Dalam bahasa Yunani istilah “mengakui” adalah kata
kerja berbentuk sekarang yang berlangsung terus (present continuous
tense) yang dikenal dengan sebutan “iterative present.” Mengaku di sini
merupakan suatu tindakan yang harus terjadi terus-menerus dan berulang
kali. Setiap kali kita menyadari akan sesuatu perbuatan dosa, pada saat
itulah kita langsung mengakuinya sambil berserah kepada Roh Allah dan
FirmanNya untuk memperoleh kuasa dalam menyelesaikan dosa itu dan
berpegang teguh kepada pengampunan Allah.
Firman Tuhan berjanji bahwa Allah itu setia dan adil
sehingga mau mengampuni dan menyucikan kita. Apabila kita dengan jujur
mengakui dosa-dosa kita, Allah selalu setia mengampuni kita. Ia akan
memulihkan persekutuan kita. Dosa memang selalu mendukakan Roh (Ef.
4:30) dan memadamkan kuasaNya (1 Tes. 5:19). Dosa itu mencerminkan
ketidakrelaan kita untuk hidup dibawah kontrol Allah, merusak
persekutuan dan menghambat perjalanan kita dengan Tuhan (bandingkan Yes.
59:1-2).
Efesus 4:30 Dan janganlah kamu mendukakan Roh Kudus Allah, yang telah memeteraikan kamu menjelang hari penyelamatan.
1 Tesalonika 5:19 Janganlah padamkan Roh.
Yesaya 59:1-2 Sesungguhnya, tangan TUHAN tidak
kurang panjang untuk menyelamatkan, dan pendengaran-Nya tidak kurang
tajam untuk mendengar; tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan
Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan
diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu.
Meskipun Allah memiliki kesucian yang sempurna,
namun Ia adalah adil dan selalu rela mengampuni dan memulihkan
persekutuan berdasarkan Karya Kristus, Pembela kita, di atas salib,
apabila kita mau mengakui dosa-dosa kita.
1 Yohanes 2:1-2 Anak-anakku, hal-hal ini kutuliskan
kepada kamu, supaya kamu jangan berbuat dosa, namun jika seorang berbuat
dosa, kita mempunyai seorang pengantara pada Bapa, yaitu Yesus Kristus,
yang adil. Dan Ia adalah pendamaian untuk segala dosa kita, dan bukan
untuk dosa kita saja, tetapi juga untuk dosa seluruh dunia.
Kita tentu saja hanya dapat mengakui dosa-dosa yang
kita ketahui atau sadari, namun seperti dinyatakan dalam 1 Yohanes 1:8
dan 10 bahwa selama kita berada dalam kehidupan di dunia ini, kita tak
pernah akan mencapai kesempurnaan atau hidup tanpa dosa. Selalu akan ada
bidang dalam kehidupan kita yang memerlukan perubahan atau perbaikan.
Dengan kata lain, akan selalu ada dosa-dosa yang tidak disadari. Namun
janji Tuhan menyatakan bahwa sepanjang kita mau mengakui dosa-dosa yang
kita ketahui atau sadari dan benar-benar bertekad untuk mau berjalan
bersama Tuhan, Ia tidak hanya mengampuni dosa-dosa yang kita akui
melainkan juga Ia akan menyucikan kita dari segala dosa (termasuk
dosa-dosa yang tak disadari) sehingga persekutuan kita dengan Dia
menjadi pulih.
Menyucikan dalam ayat ini menunjuk kepada proses
transformasi (perubahan) yang terjadi melalui pengakuan itu karena
melalui pengakuan itu menandakan kita mau mengupayakan penyelesaian
dosa dan pemulihan.
Mazmur 32:5 Dosaku kuberitahukan kepada-Mu dan
kesalahanku tidaklah kusembunyikan; aku berkata: "Aku akan mengaku
kepada TUHAN pelanggaran-pelanggaranku," dan Engkau mengampuni kesalahan
karena dosaku. Sela.
Pengakuan akan adanya dosa (1 Yohanes 1:10)
Berjalan dalam persekutuan dengan Allah sama dengan
berjalan dalam terang (1 Yohanes 1:7) dan hal ini juga berarti berjalan
dalam terang Firman Allah. Alkitab diibaratkan seperti pedang dan pelita
yang menerangi perjalanan kita (lihat Ibr. 4:12; Maz. 119:105, 130).
Kedua gambaran ini (pedang dan pelita) menunjuk kepada kemampuan (kuasa)
Kitab Suci dalam menyatakan dan mengekspos dosa dan perilaku kita yang
telah mengecewakan Tuhan dan orang-orang lain.
Ibrani 4:12 Sebab firman Allah hidup dan kuat dan
lebih tajam dari pada pedang bermata dua manapun; ia menusuk amat dalam
sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup
membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita.
Mazmur 119:105 Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku.
Mazmur 119:130 Bila tersingkap, firman-firman-Mu memberi terang, memberi pengertian kepada orang-orang bodoh.
2 Timotius 3:16 Segala tulisan yang diilhamkan Allah
memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk
memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.
Efesus 5:8-17 Memang dahulu kamu adalah kegelapan,
tetapi sekarang kamu adalah terang di dalam Tuhan. Sebab itu hiduplah
sebagai anak-anak terang, karena terang hanya berbuahkan kebaikan dan
keadilan dan kebenaran, dan ujilah apa yang berkenan kepada Tuhan.
Janganlah turut mengambil bagian dalam perbuatan-perbuatan kegelapan
yang tidak berbuahkan apa-apa, tetapi sebaliknya telanjangilah
perbuatan-perbuatan itu. Sebab menyebutkan sajapun apa yang dibuat oleh
mereka di tempat-tempat yang tersembunyi telah memalukan. Tetapi segala
sesuatu yang sudah ditelanjangi oleh terang itu menjadi nampak, sebab
semua yang nampak adalah terang. Itulah sebabnya dikatakan: "Bangunlah,
hai kamu yang tidur dan bangkitlah dari antara orang mati dan Kristus
akan bercahaya atas kamu." Karena itu, perhatikanlah dengan saksama,
bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti
orang arif, dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini
adalah jahat. Sebab itu janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya
kamu mengerti kehendak Tuhan.
Namun ternyata sebagian orang menganggap diri mereka
tidak pernah berbuat dosa lagi. Pertanyaan yang muncul adalah apakah
ayat ini berarti mereka tidak pernah berbuat dosa lagi ataukah mereka
telah berhenti dari kebiasaan berbuat dosa dan tidak lagi menjadikan
perbuatan dosa sebagai perilaku kehidupan mereka. Menurut bentuk waktu
(tense) 1 Yohanes 1:10 dalam bahasa Yunani (perfect tense yang
menunjukkan tindakan lampau yang berakibat sekarang bagi pembicara)
tampaknya mendukung pandangan kedua. Efek dari pandangan pertama hanya
akan menjadikan peran Firman dan Roh Kudus dalam proses pengudusan orang
percaya menjadi sesuatu yang tidak berguna.
Tujuan Pengakuan
Ayat-ayat Kunci:
1 Yohanes 2:1 Anak-anakku, hal-hal ini kutuliskan
kepada kamu, supaya kamu jangan berbuat dosa, namun jika seorang berbuat
dosa, kita mempunyai seorang pengantara pada Bapa, yaitu Yesus Kristus,
yang adil.
Amsal 28:13-14 Siapa menyembunyikan pelanggarannya
tidak akan beruntung, tetapi siapa mengakuinya dan meninggalkannya akan
disayangi. Berbahagialah orang yang senantiasa takut akan TUHAN, tetapi
orang yang mengeraskan hatinya akan jatuh ke dalam malapetaka.
I Yohanes 2:1 memperjelas tujuan yang ada dalam
pikiran Yohanes. Sebagaimana telah disebutkan, pengakuan itu bertujuan
untuk menghentikan proses berbuat dosa. Pengakuan bermaksud agar kita
membereskan dosa sehingga persekutuan kita dengan Tuhan menjadi pulih.
Kesempatan untuk mengadakan pengakuan ini tak boleh dijadikan dalih
untuk terus dapat berbuat dosa, misalnya dengan mengatakan, “Saya dapat
berbuat dosa semau saya karena saya selalu dapat mengakui dosa itu.”
Sikap seperti ini akan membawa beberapa akibat buruk bagi kita:
(1) Membuat kita memandang ringan dosa.
Akibatnya kita sulit melihat konsekuensi-konsekuensinya yang jelek dan
dahsyat terhadap kemuliaan Allah, terhadap kesaksian kita kepada
orang-orang lain, terhadap pribadi kita sendiri, dan terhadap
pahala-pahala kekal yang telah disediakan Allah bagi kita.
(2) Membuat kita tak melihat alasan perlunya pengakuan. Kita
mengakui dosa untuk menghentikan perilaku berdosa dan untuk memulihkan
kembali persekutuan dan kuasa Allah dalam diri kita. Dosa selalu
mendukacitakan dan memadamkan kuasa Roh; namun pengakuan akan memulihkan
persekutuan sehingga kita dapat berjalan dengan iman dalam kuasaNya.
(3) Membuat kita melalaikan tujuan Allah dalam merubah kita untuk menjadi serupa dengan gambar AnakNya. Kebahagiaan
dan damai sejati tidak diperoleh melalui perilaku hidup berdosa,
melainkan diperoleh melalui mengenal Kristus dan persekutuan yang akrab
dengan Dia.
(4) Membuat kita melalaikan dan melupakan disiplin Allah.
Ibrani 12:5-11 Dan sudah lupakah kamu akan nasihat
yang berbicara kepada kamu seperti kepada anak-anak: "Hai anakku,
janganlah anggap enteng didikan Tuhan, dan janganlah putus asa apabila
engkau diperingatkan-Nya; karena Tuhan menghajar orang yang
dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak." Jika
kamu harus menanggung ganjaran; Allah memperlakukan kamu seperti anak.
Di manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya? Tetapi,
jikalau kamu bebas dari ganjaran, yang harus diderita setiap orang, maka
kamu bukanlah anak, tetapi anak-anak gampang. Selanjutnya: dari ayah
kita yang sebenarnya kita beroleh ganjaran, dan mereka kita hormati;
kalau demikian bukankah kita harus lebih taat kepada Bapa segala roh,
supaya kita boleh hidup? Sebab mereka mendidik kita dalam waktu yang
pendek sesuai dengan apa yang mereka anggap baik, tetapi Dia menghajar
kita untuk kebaikan kita, supaya kita beroleh bagian dalam
kekudusan-Nya. Memang tiap-tiap ganjaran pada waktu ia diberikan tidak
mendatangkan sukacita, tetapi dukacita. Tetapi kemudian ia menghasilkan
buah kebenaran yang memberikan damai kepada mereka yang dilatih olehnya
Mazmur 32:1-5 Dari Daud. Nyanyian pengajaran.
Berbahagialah orang yang diampuni pelanggarannya, yang dosanya ditutupi!
Berbahagialah manusia, yang kesalahannya tidak diperhitungkan TUHAN,
dan yang tidak berjiwa penipu! Selama aku berdiam diri, tulang-tulangku
menjadi lesu karena aku mengeluh sepanjang hari; sebab siang malam
tangan-Mu menekan aku dengan berat, sumsumku menjadi kering, seperti
oleh teriknya musim panas. Sela Dosaku kuberitahukan kepada-Mu dan
kesalahanku tidaklah kusembunyikan; aku berkata: "Aku akan mengaku
kepada TUHAN pelanggaran-pelanggaranku," dan Engkau mengampuni kesalahan
karena dosaku. Sela.
Jalan Pendamaian bagi Dosa Kita
Ayat-ayat Kunci:
1 Yohanes 2:1-2 Anak-anakku, hal-hal ini kutuliskan
kepada kamu, supaya kamu jangan berbuat dosa, namun jika seorang berbuat
dosa, kita mempunyai seorang pengantara pada Bapa, yaitu Yesus Kristus,
yang adil. Dan Ia adalah pendamaian untuk segala dosa kita, dan bukan
untuk dosa kita saja, tetapi juga untuk dosa seluruh dunia
Roma 8:31-34 Sebab itu apakah yang akan kita katakan
tentang semuanya itu? Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan
melawan kita? Ia, yang tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi yang
menyerahkan-Nya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak
mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia?
Siapakah yang akan menggugat orang-orang pilihan Allah? Allah, yang
membenarkan mereka? Siapakah yang akan menghukum mereka? Kristus Yesus,
yang telah mati? Bahkan lebih lagi: yang telah bangkit, yang juga duduk
di sebelah kanan Allah, yang malah menjadi Pembela bagi kita
Kendati tujuan pengajaran dalam 1 Yohanes ini adalah
agar kita tidak berbuat dosa, namun pada kenyataannya kita masih
berbuat dosa. Namun ketika kita berbuat dosa kita memiliki Yesus Kristus
yang duduk di sebelah kanan Allah Bapa yang menjadi solusi sempurna
bagi dosa kita. Perihal Kristus sebagai solusi sempurna kita dijelaskan
melalui tiga gambaran berikut.
Kristus adalah Pembela kita
Istilah parakletos dalam bahasa Yunani
berarti “seseorang yang berdiri di sisi kita sebagai penolong, atau
pendoa.” Meskipun ide “pembela” seperti halnya dalam sebuah pengadilan
agak jarang digunakan,9
namun inilah makna yang terkandung dalam istilah ini, khususnya bila
melihat ajaran Paulus dalam Roma 8:34. Sebagai pembela kita, apabila
kita dituduh seseorang atau Setan (Wah. 12:10), Kristus akan membela
kita dengan mempertegas pengampunan dan kedudukan kita sebagai orang
yang telah dibenarkan di hadapan Allah berdasarkan kematianNya yang
menggantikan kita dan menebus dosa kita (Rom. 8:34). Lukas 22:31-32 juga menggambarkan bagaimana kepembelaan Kristus ini berfungsi.
Roma 8:34 Siapakah yang akan menghukum mereka?
Kristus Yesus, yang telah mati? Bahkan lebih lagi: yang telah bangkit,
yang juga duduk di sebelah kanan Allah, yang malah menjadi Pembela bagi
kita?
Wahyu 12:10 Dan aku mendengar suara yang nyaring di
sorga berkata: "Sekarang telah tiba keselamatan dan kuasa dan
pemerintahan Allah kita, dan kekuasaan Dia yang diurapi-Nya, karena
telah dilemparkan ke bawah pendakwa saudara-saudara kita, yang mendakwa
mereka siang dan malam di hadapan Allah kita.”
Lukas 22:31-32 Simon, Simon, lihat, Iblis telah
menuntut untuk menampi kamu seperti gandum, tetapi Aku telah berdoa
untuk engkau, supaya imanmu jangan gugur. Dan engkau, jikalau engkau
sudah insaf, kuatkanlah saudara-saudaramu.
Kristus adalah Benar dan Adil
Ini menegaskan tentang kualifikasi Kristus sebagai
Penyelamat. Bahwa Kristus adalah Allah-Manusia (Allah sejati dan manusia
sejati tanpa dosa) yang menggantikan kita, pembela kita, pendoa dan
penolong kita.
Kristus adalah Jalan Pendamaian bagi Dosa-Dosa Kita
Apabila orang percaya yang telah berbuat dosa ingin
mengetahui dasar pengampunan Allah atau berpikir dosanya sudah terlalu
besar dan terlalu buruk untuk mendapatkan pengampunan dari Allah, coba
simak dengan baik pernyataan di bawah ini:
Sebegitu cukup pengorbanan Yesus Kristus bagi
penebusan dosa kita sehingga khasiat karyaNya di atas salib itu
menjangkau bukan hanya dosa-dosa orang-orang percaya, melainkan juga
dosa-dosa seluruh dunia. Maksudnya Yohanes ingin menegaskan bahwa
Kristus telah mati bagi semua manusia (lihat 2 Kor. 5:14-15, 19; Ibr.
2:9). Tentu saja ini tak berarti bahwa setiap orang pada akhirnya akan
selamat, melainkan bahwa setiap orang yang mendengar Injil itu
berkesempatan untuk menerima keselamatan bila ia menginginkannya (Wah.
22:17). Namun menurut konteksnya, tujuan Yohanes di sini ingin
mengingatkan para pembacanya tentang jangkauan “korban penebusan”
Kristus agar mereka tahu bahwa kepembelaanNya sebagai Pribadi yang Benar
itu, konsisten dan telah menggenapi kekudusan Allah.10
Jalan Kelepasan atas Dosa
Ayat-ayat Kunci:
1 Korintus 10:13 Pencobaan-pencobaan yang kamu alami
ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia.
Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai
melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan
kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya.
Mazmur 32:6-7 Sebab itu hendaklah setiap orang saleh
berdoa kepada-Mu, selagi Engkau dapat ditemui; sesungguhnya pada waktu
banjir besar terjadi, itu tidak melandanya. Engkaulah persembunyian
bagiku, terhadap kesesakan Engkau menjaga aku, Engkau mengelilingi aku,
sehingga aku luput dan bersorak. Sela
Roma 6:1-14 Jika demikian, apakah yang hendak kita
katakan? Bolehkah kita bertekun dalam dosa, supaya semakin bertambah
kasih karunia itu? Sekali-kali tidak! Bukankah kita telah mati bagi
dosa, bagaimanakah kita masih dapat hidup di dalamnya? Atau tidak
tahukah kamu, bahwa kita semua yang telah dibaptis dalam Kristus, telah
dibaptis dalam kematian-Nya? Dengan demikian kita telah dikuburkan
bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama
seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan
Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru. Sebab jika
kita telah menjadi satu dengan apa yang sama dengan kematian-Nya, kita
juga akan menjadi satu dengan apa yang sama dengan kebangkitan-Nya.
Karena kita tahu, bahwa manusia lama kita telah turut disalibkan, supaya
tubuh dosa kita hilang kuasanya, agar jangan kita menghambakan diri
lagi kepada dosa. Sebab siapa yang telah mati, ia telah bebas dari dosa.
Jadi jika kita telah mati dengan Kristus, kita percaya, bahwa kita akan
hidup juga dengan Dia. Karena kita tahu, bahwa Kristus, sesudah Ia
bangkit dari antara orang mati, tidak mati lagi: maut tidak berkuasa
lagi atas Dia. Sebab kematian-Nya adalah kematian terhadap dosa, satu
kali dan untuk selama-lamanya, dan kehidupan-Nya adalah kehidupan bagi
Allah. Demikianlah hendaknya kamu memandangnya: bahwa kamu telah mati
bagi dosa, tetapi kamu hidup bagi Allah dalam Kristus Yesus. Sebab itu
hendaklah dosa jangan berkuasa lagi di dalam tubuhmu yang fana, supaya
kamu jangan lagi menuruti keinginannya. Dan janganlah kamu menyerahkan
anggota-anggota tubuhmu kepada dosa untuk dipakai sebagai senjata
kelaliman, tetapi serahkanlah dirimu kepada Allah sebagai orang-orang,
yang dahulu mati, tetapi yang sekarang hidup. Dan serahkanlah
anggota-anggota tubuhmu kepada Allah untuk menjadi senjata-senjata
kebenaran. Sebab kamu tidak akan dikuasai lagi oleh dosa, karena kamu
tidak berada di bawah hukum Taurat, tetapi di bawah kasih karunia..
Lihat juga Galatia 5:16-26; Efesus 5:15-20; Kolose 3:1-16.
Apabila kerinduan dan tujuan Allah dalam hal ini
adalah agar orang percaya tidak berbuat dosa, bagaimanakah kita, sebagai
orang-orang percaya, bisa menang atas dosa? Di sini kita akan menyimak
perihal mengalami kemenangan Allah atas godaan, atas perilaku berdosa
atau kebiasaan-kebiasaan berbuat dosa yang mendominasi yang sering
menerpa kehidupan Kekristenan kita. Dengan munculnya berbagai godaan
berbuat dosa, tentu kita ingin tahu bagaimana kita dapat menghadapi
godaan-godaan dan menang atasnya. Dengan melihat banyaknya kegagalan
yang dialami orang-orang percaya dalam menghadapi dosa, muncul
pertanyaan apakah kita benar-benar dapat mengatasi kebiasaan-kebiasaan
yang sering mencengkeram kehidupan kita? Berdasarkan kasih dan anugerah
Allah, persatuan kita dengan Kristus, dan kuasa Roh Kudus, kita bisa
mengatakan YA, kita bisa menang.
I Korintus 10:13 adalah ayat yang menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang menghantui ini. Di dalamnya berisi janji yang
amat indah bagi kita. Ayat ini mengajarkan tiga unsur penting mengenai
pencobaan (godaan) dan jalan dari Allah untuk beroleh kemenangan.
Pencobaan Yang Biasa
Perkataan Paulus, “Pencobaan-pencobaan yang kamu
alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan
manusia,” tidak boleh diartikan bahwa karena kita hanyalah manusia biasa
yang tak lepas dari pencobaan, maka sebaiknya kita menyerah saja.
Terkadang orang berdalih dengan mengatakan, ya, itulah keadaan saya yang
sebenarnya sehingga ia tidak bisa menghindar dari pencobaan itu lalu
jatuh ke dalam dosa. Ingat, Allah sedang bekerja untuk merubah kita dan
perubahan itu adalah demi kebaikan kita. Allah sungguh sangat
memperhatikan kita dan sedang bekerja demi kesejahteraan kita.
Namun juga di sini Rasul Paulus menegaskan bahwa
bukan hanya kita yang menghadapi pencobaan. Kita tidak sendirian dalam
peperangan melawan godaan dan dosa. Orang-orang lain juga mengalami hal
yang sama dan telah berhasil dalam peperangan. Pencobaan merupakan hal
yang biasa bagi semua manusia sehingga kita tidak berdalih dengan
berkata bahwa problema atau pergumulan kita berbeda dengan orang lain.
Kita akan terhibur bila kita sadar bahwa orang-orang lain juga
menghadapi ujian dan pencobaan yang sama bahkan mungkin lebih berat dari
kita dan mereka ternyata berhasil melewatinya dengan pertolongan kuasa
Allah.
Ibrani 11:2-12 Sebab oleh imanlah telah diberikan
kesaksian kepada nenek moyang kita. Karena iman kita mengerti, bahwa
alam semesta telah dijadikan oleh firman Allah, sehingga apa yang kita
lihat telah terjadi dari apa yang tidak dapat kita lihat. Karena iman
Habel telah mempersembahkan kepada Allah korban yang lebih baik dari
pada korban Kain. Dengan jalan itu ia memperoleh kesaksian kepadanya,
bahwa ia benar, karena Allah berkenan akan persembahannya itu dan karena
iman ia masih berbicara, sesudah ia mati. Karena iman Henokh terangkat,
supaya ia tidak mengalami kematian, dan ia tidak ditemukan, karena
Allah telah mengangkatnya. Sebab sebelum ia terangkat, ia memperoleh
kesaksian, bahwa ia berkenan kepada Allah. Tetapi tanpa iman tidak
mungkin orang berkenan kepada Allah. Sebab barangsiapa berpaling kepada
Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa Allah memberi upah
kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia. Karena iman, maka
Nuh--dengan petunjuk Allah tentang sesuatu yang belum kelihatan--dengan
taat mempersiapkan bahtera untuk menyelamatkan keluarganya; dan karena
iman itu ia menghukum dunia, dan ia ditentukan untuk menerima kebenaran,
sesuai dengan imannya. Karena iman Abraham taat, ketika ia dipanggil
untuk berangkat ke negeri yang akan diterimanya menjadi milik pusakanya,
lalu ia berangkat dengan tidak mengetahui tempat yang ia tujui. Karena
iman ia diam di tanah yang dijanjikan itu seolah-olah di suatu tanah
asing dan di situ ia tinggal di kemah dengan Ishak dan Yakub, yang turut
menjadi ahli waris janji yang satu itu. Sebab ia menanti-nantikan kota
yang mempunyai dasar, yang direncanakan dan dibangun oleh Allah. Karena
iman ia juga dan Sara beroleh kekuatan untuk menurunkan anak cucu,
walaupun usianya sudah lewat, karena ia menganggap Dia, yang memberikan
janji itu setia. Itulah sebabnya, maka dari satu orang, malahan orang
yang telah mati pucuk, terpancar keturunan besar, seperti bintang di
langit dan seperti pasir di tepi laut, yang tidak terhitung banyaknya.
Jadi di sini Paulus memperingatkan kita bahwa
menghadapi pencobaan merupakan hal yang biasa. Kemudian Paulus
menunjukkan dua hal lagi mengenai kesetiaan dan kemurahanNya bagi kita
dalam menghadapi setiap pencobaan.
Allah Mengendalikan Suasana Pencobaan
Allah tidak akan membiarkan kita dicobai melampaui
batas kemampuan kita (1 Kor. 10:13-14). Ia mengetahui kelemahan, tingkat
kedewasaan dan seluk beluk kehidupan kita setiap saat. Ia berjanji akan
menolong kita dalam pencobaan yang melampaui kesanggupan kita. Di saat
pencobaan menerpa, mungkin kita merasa tak sanggup menanggungnya lalu
kita jatuh. Namun ingatlah, bila itu yang terjadi, penyebabnya bukan karena kita tidak dapat menanggungnya melainkan karena kita tidak mau.
Ini terjadi mungkin karena kita meragukan pertolonganNya dan kuasaNya
atau karena kita tak waspada atau tak berhati-hati dalam perjalanan kita
dengan Allah setiap hari.
1 Korintus 10:13-14 Pencobaan-pencobaan yang kamu
alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan
manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu
dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan
kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya. Karena itu,
saudara-saudaraku yang kekasih, jauhilah penyembahan berhala!
Ayat ini juga mengajarkan bahwa ketika pencobaan
atau ujian datang, asalkan kita tak meragukan pertolongan dan kuasa
Tuhan, (a) kita akan dapat menanggungnya oleh kasih karunia Allah, dan
(b) Allah, meskipun Ia tak pernah mencobai kita dengan dosa, mungkin
mengizinkan itu terjadi menurut maksudNya sendiri. Dengan kata lain
bahwa Allah mengendalikan pencobaan-pencobaan yang datang ke dalam
kehidupan kita atas izinNya.
Yakobus 1:13 Apabila seorang dicobai, janganlah ia
berkata: "Pencobaan ini datang dari Allah!" Sebab Allah tidak dapat
dicobai oleh yang jahat, dan Ia sendiri tidak mencobai siapapun.
Ini tidak bermaksud agar kita menyerah saja dan
melalaikan tanggung jawab kita dalam menghadapi pencobaan itu. Kitab
Suci menunjukkan apa tugas kita ketika menghadapi pencobaan :
(1) Menjauhkan diri dari pencobaan. Perhatikan sikap Yusuf ketika digoda oleh istri Potifar sebagaimana dikisahkan dalam Kejadian 39:1-12.
1 Timotius 6:11 Tetapi engkau hai manusia Allah,
jauhilah semuanya itu, kejarlah keadilan, ibadah, kesetiaan, kasih,
kesabaran dan kelembutan.
2 Timotius 2:22 Sebab itu jauhilah nafsu orang muda,
kejarlah keadilan, kesetiaan, kasih dan damai bersama-sama dengan
mereka yang berseru kepada Tuhan dengan hati yang murni.
(2) Berdoa ketika dicobai.
Matius 6:13 dan janganlah membawa kami ke dalam
pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat. (Karena
Engkaulah yang empunya Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai
selama-lamanya. Amin.)
(3) Kita tak boleh mencobai Tuhan. Kita
mencobai Tuhan melalui ketidak percayaan kita, yaitu dengan tidak
mempercayai kuasa dan pertolonganNya, dan dengan bersikap tak
berjaga-jaga, tak waspada, atau tak mengindahkan nasihat dan peringatan
Tuhan.
Ulangan 6:16 Janganlah kamu mencobai TUHAN, Allahmu, seperti kamu mencobai Dia di Masa.
Matius 4:6 lalu berkata kepada-Nya: "Jika Engkau
Anak Allah, jatuhkanlah diri-Mu ke bawah, sebab ada tertulis: Mengenai
Engkau Ia akan memerintahkan malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan
menatang Engkau di atas tangannya, supaya kaki-Mu jangan terantuk kepada
batu."
(4) Jangan coba bermain-main dengan pencobaan. Kita tak boleh mencobai Tuhan dengan nyerempet-nyerempet bahaya atau bermain-main dengan api. Kita bisa terbakar.
Amsal 5:8 Jauhkanlah jalanmu dari pada dia, dan janganlah menghampiri pintu rumahnya,
Amsal 7:6-20 Karena ketika suatu waktu aku
melihat-lihat, dari kisi-kisiku, dari jendela rumahku, kulihat di
antara yang tak berpengalaman, kudapati di antara anak-anak muda seorang
teruna yang tidak berakal budi, yang menyeberang dekat sudut jalan,
lalu melangkah menuju rumah perempuan semacam itu, pada waktu senja,
pada petang hari, di malam yang gelap. Maka datanglah menyongsong dia
seorang perempuan, berpakaian sundal dengan hati licik; cerewet dan
liat perempuan ini, kakinya tak dapat tenang di rumah, sebentar ia di
jalan dan sebentar di lapangan, dekat setiap tikungan ia menghadang.
Lalu dipegangnyalah orang teruna itu dan diciumnya, dengan muka tanpa
malu berkatalah ia kepadanya: "Aku harus mempersembahkan korban
keselamatan, dan pada hari ini telah kubayar nazarku itu. Itulah
sebabnya aku keluar menyongsong engkau, untuk mencari engkau dan
sekarang kudapatkan engkau. Telah kubentangkan permadani di atas tempat
tidurku, kain lenan beraneka warna dari Mesir. Pembaringanku telah
kutaburi dengan mur, gaharu dan kayu manis. Marilah kita memuaskan
berahi hingga pagi hari, dan bersama-sama menikmati asmara. Karena
suamiku tidak di rumah, ia sedang dalam perjalanan jauh, sekantong uang
dibawanya, ia baru pulang menjelang bulan purnama."
Allah Menyediakan Jalan Keluar Dari Pencobaan
1 Korintus 10:13 Pencobaan-pencobaan yang kamu alami
ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia.
Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai
melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan
kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya.
Ayat ini mengajarkan bahwa ketika kita berjalan
dengan Tuhan dan mempercayai jalan keluar yang telah disediakanNya bagi
kita, dan tidak mencobaiNya, Ia akan menyediakan jalan kelepasan bagi
kita. Setiap pencobaan pasti ada jalan keluarnya. Tak ada pencobaan yang
tidak dapat di atasi, kecuali bila kita sengaja menjerumuskan diri ke
dalamnya atau tidak mau menjauhinya.
Perhatikan pula bahwa ayat ini menegaskan tentang
adanya “jalan keluar” (kelepasan). Saya berpendapat bahwa ini merupakan
peringatan tentang kecenderungan mencari solusi yang tidak alkitabiah
dalam menghadapi pencobaan. Jalan keluar yang dimaksud di sini adalah
melalui petunjuk-petunjuk Allah dalam FirmanNya dalam menghadapi setiap
permasalahan hidup.
Mazmur 119:45 Aku hendak hidup dalam kelegaan, sebab aku mencari titah-titah-Mu.
Mazmur 119:133 Teguhkanlah langkahku oleh janji-Mu, dan janganlah segala kejahatan berkuasa atasku.
Mazmur 119:165 Besarlah ketenteraman pada orang-orang yang mencintai Taurat-Mu, tidak ada batu sandungan bagi mereka.
Amsal 3:5-6 Percayalah kepada TUHAN dengan segenap
hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. Akuilah Dia
dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu.
Amsal 14:12 Ada jalan yang disangka orang lurus, tetapi ujungnya menuju maut.
Istilah Yunani untuk “kelepasan” dalam ayat ini adalah ekbasis yang
berarti “jalan keluar.” Istilah ini digunakan dua kali dalam Perjanjian
Baru, yaitu dalam ayat ini dan Ibrani 13:5-7. Dalam surat Ibrani
(khususnya ay. 7), istilah ini lebih terfokus kepada “hasil atau
akibatnya.” Penggunaan atau makna ini juga ditemukan dalam
tulisan-tulisan ekstra biblikal (di luar Alkitab). Hasilnya adalah
perilaku yang saleh – keakraban persekutuan dengan Allah. Hal ini akan
dialami seseorang yang mengutamakan Firman dan berjalan dengan iman
bersama dengan Tuhan.
Sedangkan istilah ekbasis dalam 1 Korintus
10:13 agak lain maknanya. Dalam ayat ini, jalan kelepasan atau jalan
keluar dari pencobaan bukan kelepasan tiba-tiba yang diperbuat Tuhan
bagi kita, ibarat seseorang yang ditarik atau disentak keluar dari nyala
api yang sedang membakarnya. Meskipun cara seperti ini bisa saja
terjadi namun ini bukan arti utamanya. Pengertiannya tampak dalam
perkataan “menanggung.” Yang dijanjikan Tuhan di sini bukan kelepasan
tiba-tiba dari sesuatu pencobaan melainkan kemampuan dalam
menanggungnya. Maksudnya, kemampuan menghadapi pencobaan itu tanpa
berbuat dosa.
Sebagai kesimpulan, ada dua hal yang dikemukakan mengenai pencobaan yang menimpa kita:
(1) “Jalan keluar” menunjukkan sesuatu akibat atau hasil dari sesuatu tindakan. Yaitu
akibat dari menerapkan prinsip-prinsip Firman Allah setiap hari. Tentu
saja semakin kita bertumbuh dan lebih dekat dengan Tuhan, kemampuan kita
dalam menghadapi ujian atau pencobaan akan semakin besar.
(2) “Jalan keluar” berarti kemampuan menghadapi atau menanggung pencobaan.
Ini tak harus diartikan sebagai kelepasan total, meskipun kemampuan
menghadapi pencobaan dapat berarti kemampuan untuk menghindari pencobaan
secara bijaksana. Dan bila kita tak mampu menghadapinya maka sebaiknya
kita menjauh dari pencobaan itu.
Pengertian ini dikuatkan oleh kata-kata terakhir dalam ayat ini yang menjelaskan arti dari ekbasis
“jalan keluar” itu. Ayat ini diakhiri dengan perkataan “sehingga kamu
dapat menanggungnya.” Kata-kata ini menunjukkan tujuan atau akibat.
Jalan keluar disediakan Allah bagi kita akan memampukan kita menanggung
pencobaan atau ujian tanpa berbuat dosa. Mungkin lebih tepat kata-kata
ini menunjukkan pengertian jalan keluar itu, yaitu “kemampuan untuk
menanggungnya.”11
Kita dapat mengartikannya sebagai “jalan menuju
kelepasan, kemampuan untuk menanggungnya.” Pada akhirnya “jalan keluar”
itu merupakan hasil atau akibat dari tindakan berjalan dengan Allah yang
juga berarti kemampuan untuk menanggung atau mengatasi ujian atau
pencobaan.
Allah, berdasarkan kasih karuniaNya yang telah
memungkinkan kita masuk ke dalam persekutuan denganNya, memberikan kita
kemampuan dalam menghadapi pencobaan. Tugas kita adalah memanfaatkannya
atau menerapkannya ke dalam kehidupan kita.
Kesimpulan Mengenai Jalan Keluar dari Allah
(1) Hidup berserah kepada kuasa Roh Kudus.
Galatia 5:16 Maksudku ialah: hiduplah oleh Roh, maka kamu tidak akan menuruti keinginan daging.
Roma 8:2-10 Roh, yang memberi hidup telah
memerdekakan kamu dalam Kristus dari hukum dosa dan hukum maut. Sebab
apa yang tidak mungkin dilakukan hukum Taurat karena tak berdaya oleh
daging, telah dilakukan oleh Allah. Dengan jalan mengutus Anak-Nya
sendiri dalam daging, yang serupa dengan daging yang dikuasai dosa
karena dosa, Ia telah menjatuhkan hukuman atas dosa di dalam daging,
supaya tuntutan hukum Taurat digenapi di dalam kita, yang tidak hidup
menurut daging, tetapi menurut Roh. Sebab mereka yang hidup menurut
daging, memikirkan hal-hal yang dari daging; mereka yang hidup menurut
Roh, memikirkan hal-hal yang dari Roh. Karena keinginan daging adalah
maut, tetapi keinginan Roh adalah hidup dan damai sejahtera. Sebab
keinginan daging adalah perseteruan terhadap Allah, karena ia tidak
takluk kepada hukum Allah; hal ini memang tidak mungkin baginya. Mereka
yang hidup dalam daging, tidak mungkin berkenan kepada Allah. Tetapi
kamu tidak hidup dalam daging, melainkan dalam Roh, jika memang Roh
Allah diam di dalam kamu. Tetapi jika orang tidak memiliki Roh Kristus,
ia bukan milik Kristus. Tetapi jika Kristus ada di dalam kamu, maka
tubuh memang mati karena dosa, tetapi roh adalah kehidupan oleh karena
kebenaran.
(2) Hidup dalam FirmanNya.
Mazmur 119:9 Dengan apakah seorang muda mempertahankan kelakuannya bersih? Dengan menjaganya sesuai dengan firman-Mu.
2 Timotius 2:16-17 Tetapi hindarilah omongan yang
kosong dan yang tak suci yang hanya menambah kefasikan. Perkataan mereka
menjalar seperti penyakit kanker. Di antara mereka termasuk Himeneus
dan Filetus,
Ibrani 3:7-12 Sebab itu, seperti yang dikatakan Roh
Kudus: "Pada hari ini, jika kamu mendengar suara-Nya, janganlah keraskan
hatimu seperti dalam kegeraman pada waktu pencobaan di padang gurun,
di mana nenek moyangmu mencobai Aku dengan jalan menguji Aku, sekalipun
mereka melihat perbuatan-perbuatan-Ku, empat puluh tahun lamanya. Itulah
sebabnya Aku murka kepada angkatan itu, dan berkata: Selalu mereka
sesat hati, dan mereka tidak mengenal jalan-Ku, sehingga Aku bersumpah
dalam murka-Ku: Mereka takkan masuk ke tempat perhentian-Ku."
Waspadalah, hai saudara-saudara, supaya di antara kamu jangan terdapat
seorang yang hatinya jahat dan yang tidak percaya oleh karena ia murtad
dari Allah yang hidup.
Ibrani 4:12 Sebab firman Allah hidup dan kuat dan
lebih tajam dari pada pedang bermata dua manapun; ia menusuk amat dalam
sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup
membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita.
(3) Memahami dan menerapkan kedudukan kita dalam Kristus.
Roma 6:1-14 Jika demikian, apakah yang hendak kita
katakan? Bolehkah kita bertekun dalam dosa, supaya semakin bertambah
kasih karunia itu? Sekali-kali tidak! Bukankah kita telah mati bagi
dosa, bagaimanakah kita masih dapat hidup di dalamnya? Atau tidak
tahukah kamu, bahwa kita semua yang telah dibaptis dalam Kristus, telah
dibaptis dalam kematian-Nya? Dengan demikian kita telah dikuburkan
bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama
seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan
Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru. Sebab jika
kita telah menjadi satu dengan apa yang sama dengan kematian-Nya, kita
juga akan menjadi satu dengan apa yang sama dengan kebangkitan-Nya.
Karena kita tahu, bahwa manusia lama kita telah turut disalibkan, supaya
tubuh dosa kita hilang kuasanya, agar jangan kita menghambakan diri
lagi kepada dosa. Sebab siapa yang telah mati, ia telah bebas dari dosa.
Jadi jika kita telah mati dengan Kristus, kita percaya, bahwa kita akan
hidup juga dengan Dia. Karena kita tahu, bahwa Kristus, sesudah Ia
bangkit dari antara orang mati, tidak mati lagi: maut tidak berkuasa
lagi atas Dia. Sebab kematian-Nya adalah kematian terhadap dosa, satu
kali dan untuk selama-lamanya, dan kehidupan-Nya adalah kehidupan bagi
Allah. Demikianlah hendaknya kamu memandangnya: bahwa kamu telah mati
bagi dosa, tetapi kamu hidup bagi Allah dalam Kristus Yesus. Sebab itu
hendaklah dosa jangan berkuasa lagi di dalam tubuhmu yang fana, supaya
kamu jangan lagi menuruti keinginannya. Dan janganlah kamu menyerahkan
anggota-anggota tubuhmu kepada dosa untuk dipakai sebagai senjata
kelaliman, tetapi serahkanlah dirimu kepada Allah sebagai orang-orang,
yang dahulu mati, tetapi yang sekarang hidup. Dan serahkanlah
anggota-anggota tubuhmu kepada Allah untuk menjadi senjata-senjata
kebenaran.
6:14 Sebab kamu tidak akan dikuasai lagi oleh dosa,
karena kamu tidak berada di bawah hukum Taurat, tetapi di bawah kasih
karunia..
(4) Menjauhi pencobaan.
1 Korintus 10:14 Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, jauhilah penyembahan berhala!.
1 Timotius 6:11 Tetapi engkau hai manusia Allah,
jauhilah semuanya itu, kejarlah keadilan, ibadah, kesetiaan, kasih,
kesabaran dan kelembutan.
2 Timotius 2:22 Sebab itu jauhilah nafsu orang muda,
kejarlah keadilan, kesetiaan, kasih dan damai bersama-sama dengan
mereka yang berseru kepada Tuhan dengan hati yang murni.
Amsal 7:6-15 Karena ketika suatu waktu aku
melihat-lihat, dari kisi-kisiku, dari jendela rumahku, kulihat di
antara yang tak berpengalaman, kudapati di antara anak-anak muda seorang
teruna yang tidak berakal budi, yang menyeberang dekat sudut jalan,
lalu melangkah menuju rumah perempuan semacam itu, pada waktu senja,
pada petang hari, di malam yang gelap. Maka datanglah menyongsong dia
seorang perempuan, berpakaian sundal dengan hati licik; cerewet dan liat
perempuan ini, kakinya tak dapat tenang di rumah, sebentar ia di jalan
dan sebentar di lapangan, dekat setiap tikungan ia menghadang. Lalu
dipegangnyalah orang teruna itu dan diciumnya, dengan muka tanpa malu
berkatalah ia kepadanya: "Aku harus mempersembahkan korban keselamatan,
dan pada hari ini telah kubayar nazarku itu. Itulah sebabnya aku keluar
menyongsong engkau, untuk mencari engkau dan sekarang kudapatkan engkau
(5) Tekun berdoa dengan iman.
Matius 6:13 dan janganlah membawa kami ke dalam
pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat. (Karena
Engkaulah yang empunya Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai
selama-lamanya. Amin.)
Efesus 6:18 dalam segala doa dan permohonan.
Berdoalah setiap waktu di dalam Roh dan berjaga-jagalah di dalam doamu
itu dengan permohonan yang tak putus-putusnya untuk segala orang Kudus.
Mazmur 119:33-38 Perlihatkanlah kepadaku, ya TUHAN,
petunjuk ketetapan-ketetapan-Mu, aku hendak memegangnya sampai saat
terakhir. Buatlah aku mengerti, maka aku akan memegang Taurat-Mu; aku
hendak memeliharanya dengan segenap hati. Biarlah aku hidup menurut
petunjuk perintah-perintah-Mu, sebab aku menyukainya. Condongkanlah
hatiku kepada peringatan-peringatan-Mu, dan jangan kepada laba.
Lalukanlah mataku dari pada melihat hal yang hampa, hidupkanlah aku
dengan jalan-jalan yang Kautunjukkan! Teguhkanlah pada hamba-Mu ini
janji-Mu, yang berlaku bagi orang yang takut kepada-Mu.
(6) Mengendalikan pikiran — memperhatikan dan mengendalikan sikap dan cara berpikir kita berdasarkan terang Kitab Suci.
2 Korintus 10:3 Memang kami masih hidup di dunia, tetapi kami tidak berjuang secara duniawi,
Filipi 4:8 Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua
yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua
yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan
patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu.
(7) Berjalan dengan siuman, sadar dan waspada.
1 Petrus 1:13 Sebab itu siapkanlah akal budimu,
waspadalah dan letakkanlah pengharapanmu seluruhnya atas kasih karunia
yang dianugerahkan kepadamu pada waktu penyataan Yesus Kristus.
1 Petrus 4:7 Kesudahan segala sesuatu sudah dekat. Karena itu kuasailah dirimu dan jadilah tenang, supaya kamu dapat berdoa.
1 Petrus 5:8 Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu,
si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan
mencari orang yang dapat ditelannya.
(8) Hidup oleh iman.
2 Korintus 5:7 --sebab hidup kami ini adalah hidup karena percaya, bukan karena melihat--
Galatia 5:5 Sebab oleh Roh, dan karena iman, kita menantikan kebenaran yang kita harapkan..
Ibrani 4:1-2 Sebab itu, baiklah kita waspada, supaya
jangan ada seorang di antara kamu yang dianggap ketinggalan, sekalipun
janji akan masuk ke dalam perhentian-Nya masih berlaku. Karena kepada
kita diberitakan juga kabar kesukaan sama seperti kepada mereka, tetapi
firman pemberitaan itu tidak berguna bagi mereka, karena tidak bertumbuh
bersama-sama oleh iman dengan mereka yang mendengarnya.
Ibrani 11:1-6 Iman adalah dasar dari segala sesuatu
yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat.
Sebab oleh imanlah telah diberikan kesaksian kepada nenek moyang kita.
Karena iman kita mengerti, bahwa alam semesta telah dijadikan oleh
firman Allah, sehingga apa yang kita lihat telah terjadi dari apa yang
tidak dapat kita lihat. Karena iman Habel telah mempersembahkan kepada
Allah korban yang lebih baik dari pada korban Kain. Dengan jalan itu ia
memperoleh kesaksian kepadanya, bahwa ia benar, karena Allah berkenan
akan persembahannya itu dan karena iman ia masih berbicara, sesudah ia
mati. Karena iman Henokh terangkat, supaya ia tidak mengalami kematian,
dan ia tidak ditemukan, karena Allah telah mengangkatnya. Sebab sebelum
ia terangkat, ia memperoleh kesaksian, bahwa ia berkenan kepada Allah.
Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah. Sebab
barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada,
dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari
Dia.
(9) Mengutamakan pergaulan yang benar.
Ibrani 10:24-25 Dan marilah kita saling
memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam
pekerjaan baik. Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan
ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita
saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan
yang mendekat.
1 Korintus 15:33-34 Janganlah kamu sesat: Pergaulan
yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik. Sadarlah kembali
sebaik-baiknya dan jangan berbuat dosa lagi! Ada di antara kamu yang
tidak mengenal Allah. Hal ini kukatakan, supaya kamu merasa malu
Mazmur 1:1 Berbahagialah orang yang tidak berjalan
menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa,
dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh!
Mazmur 119:63 Aku bersekutu dengan semua orang yang takut kepada-Mu, dan dengan orang-orang yang berpegang pada titah-titah-Mu.
(10) Menaruh pikiran Kristus: Pandangan, penilaian, prioritas dan upaya yang benar.
Matius 6:21-33 Karena di mana hartamu berada, di
situ juga hatimu berada. Mata adalah pelita tubuh. Jika matamu baik,
teranglah seluruh tubuhmu; jika matamu jahat, gelaplah seluruh tubuhmu.
Jadi jika terang yang ada padamu gelap, betapa gelapnya kegelapan itu.
Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia
akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia
kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat
mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon." "Karena itu Aku berkata
kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan
atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang
hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan
dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian? Pandanglah burung-burung
di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan
bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga.
Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu? Siapakah di antara kamu
yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan
hidupnya? Dan mengapa kamu kuatir akan pakaian? Perhatikanlah bunga
bakung di ladang, yang tumbuh tanpa bekerja dan tanpa memintal, namun
Aku berkata kepadamu: Salomo dalam segala kemegahannyapun tidak
berpakaian seindah salah satu dari bunga itu. Jadi jika demikian Allah
mendandani rumput di ladang, yang hari ini ada dan besok dibuang ke
dalam api, tidakkah Ia akan terlebih lagi mendandani kamu, hai orang
yang kurang percaya? Sebab itu janganlah kamu kuatir dan berkata: Apakah
yang akan kami makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah yang akan
kami pakai? Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah.
Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya
itu. Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka
semuanya itu akan ditambahkan kepadamu..
2 Korintus 10:5 Kami mematahkan setiap siasat orang
dan merubuhkan setiap kubu yang dibangun oleh keangkuhan manusia untuk
menentang pengenalan akan Allah. Kami menawan segala pikiran dan
menaklukkannya kepada Kristus.
1 Timotius 6:6-12 Memang ibadah itu kalau disertai
rasa cukup, memberi keuntungan besar. Sebab kita tidak membawa sesuatu
apa ke dalam dunia dan kitapun tidak dapat membawa apa-apa ke luar.
Asal ada makanan dan pakaian, cukuplah. Tetapi mereka yang ingin kaya
terjatuh ke dalam pencobaan, ke dalam jerat dan ke dalam berbagai-bagai
nafsu yang hampa dan yang mencelakakan, yang menenggelamkan manusia ke
dalam keruntuhan dan kebinasaan. Karena akar segala kejahatan ialah
cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang
dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka. Tetapi engkau
hai manusia Allah, jauhilah semuanya itu, kejarlah keadilan, ibadah,
kesetiaan, kasih, kesabaran dan kelembutan. Bertandinglah dalam
pertandingan iman yang benar dan rebutlah hidup yang kekal. Untuk itulah
engkau telah dipanggil dan telah engkau ikrarkan ikrar yang benar di
depan banyak saksi..
(11) Senantiasa mempertimbangkan konsekuensi-konsekuensi: dosa selalu ada akibatnya – kita menuai apa yang kita tabur.
Galatia 6:6-7 Dan baiklah dia, yang menerima
pengajaran dalam Firman, membagi segala sesuatu yang ada padanya dengan
orang yang memberikan pengajaran itu. Jangan sesat! Allah tidak
membiarkan diri-Nya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu
juga yang akan dituainya..
Beberapa akibat dosa adalah: hilangnya persekutuan,
mengakibatkan displin Allah, hilangnya pelayanan yang efektif, rusaknya
hubungan, hilangnya pahala, dan yang terutama adalah mempermalukan nama
Tuhan.
7 Charles C. Ryrie, Basic Theology, Victor Books, Wheaton, 1986, hal. 212.
8 J. R. W. Stott, The Epistles of John, An Introduction and Commentary, Eerdmans, Grand Rapids, 1964, hal. 76-77.
9 William F. Arndt dan F. Wilbur Gingrich, A Greek-English Lexicon of the New Testament and Other Early Christian Literature, Cambridge, University Press, 1960, hal. 623.
10 Zane Hodges, “1 John,” The Bible Knowledge Commentary, the New Testament Edition, Editor, John F. Walvoord dan Roy B. Zuck, Victor Books, Wheaton, 1983, hal. 887.
11 A. T. Robertson, A Grammar of the Greek New Testament in the Light of Historical Research, Broadman Press, Nashville, 1934, hal. 1087; James Hope Moulton, A Grammar of the New Testament Greek, Vol. 1, T. & T. Clark, Edinburgh, Third Ed., 1967, hal. 167.
Comments